BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak alasan pentingnya membicarakan masyarakat pedesaan
dan masyarakat perkotaan. Selain belum ada kesempatan umum tentang keberadaan
masyarakat desa sebagai suatu pengertian yang baku,juga kalau dikaitkan dengan pembangunan
yang orientasinya banyak dicurahkan kepedesaan, maka pedesaan memiliki arti
tersendiri dalam kajian struktur,sosial atau kehidupanya.Dalam keadaan desa
yang “sebenarnya”,desa masih dianggap sebagai standard an pemelihara system
kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban,
persaudaraan, gotong-royong, kesenian, kepribadian dalam berpakaian,
adat-istiadat ,kehidupan moral-susila,dan lain-lain.
Orang kota membayangkan bahwa desa ini merupakan tempat
orang bergaul dengan rukun, tenang, selaras, dan akur. Akan tetapi justru
dengan berdekatan, mudah terjadi konflik atau persaingan yang bersumber dari
peristiwa kehidupan sehari-hari, hal tanah, gengsi, perkawinan, perbedaan
antara kaum muda dan tua serta antara pria dan wanita. Bayangan bahwa desa
tempat ketentraman pada konstelasi tertentu ada benarnya, akan tetapi yang
nampak justru bekerja keraslah yang merupakan syarat pokok agar dapat hidup di
desa.
Demikian
pula dalam konteks pembangunan desa (pertanian),semula orang beranggapan bahwa
masyarakat pertanian mangalami involusi (kemunduran) pertanian yang berjalan
dalam proses kemiskinan dan apapun teknologi dan kelembagaan modern yang masuk
ke pedesaan akan sia-sia.Pernyataan-pernyataan sumbang inilah yang ingin kami bahas
dalam makalah yang ringkas dan singkat ini,yang mana adanya kontroversi kesan
atau pendapat ini mungkin lebih tepat apabila dihubungkan dengan berbagai
gejala sosial seperti konsep-konsep perubahan sosial atau kebudayaan.
B.
PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang sudah dibuat, dapat dirumuskan
dengan pertanyaan, sebagai berikut:
1.
Apakah Masyarakat Perkotaan dan
Pedesaan itu?
2.
Apa Perbedaan Pedesaan dan
Perkotaan?
3.
Bagaimana Interaksi Pedesaan dan
Perkotaan?
4.
Apa Hubungan Pedesaan dan Perkotaan?
5.
Sebutkan Masalah Sosial?
6.
Bagaimana Solusi Masalah Sosial?
C. PEMBAHASAN MASALAH
Dari masalah diatas dapat dibatasi yaitu “Masyarakat Pedesaan Dan Masyarakat
Perkotaan”
D.
TUJUAN PENULISAN
Diharapkan
mahasiswa dapat :
1.
Mengetahui tentang Masyarakat
Perkotaan dan Pedesaan
2.
Memahami Perbedaan Pedesaan dan
Perkotaan
3.
Mengerti Interaksi Pedesaan dan
Perkotaan
4.
Mengetahui Hubungan Pedesaan dan
Perkotaan
5.
Menyebutkan Masalah Sosial
6.
Pemenuhan Nilai Tugas Untuk Mata
Kuliah Ilmu Sosial Dasar
E. MANFAAT
PENULISAN
Manfaat Penulis:
1.
Penulis menjadi tahu lebih jelas
mengenai Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
2.
Penulis mengetahui proses terjadinya
Urbanisasi
3.
Penulis menambah wawasan mengenai
perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
4.
Penulis memiliki sebuah gambaran
mengenai masyarakat pedesaan dan masyarakan perkotaan
Manfaat Umum:
1.
Pembaca menjadi tahu lebih jelas
mengenai Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
2.
Pembaca mengetahui proses terjadinya
Urbanisasi
3.
Pembaca menambah wawasan mengenai
perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
4.
Pembaca memiliki sebuah gambaran
mengenai masyarakat pedesaan dan masyarakan perkotaan
F. METODE
PENULISAN
Metode yang digunakan
dalam perumusan dan pembuatan makalah ini adalah dengan metode pustaka, yaitu berupa
pencarian informasi melalui sumber-sumber media cetak dan media elektronik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASYARAKAT PERKOTAAN,
ASPEK-ASPEK POSITIF DAN NEGATIF
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu
kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai suatu kepentingan yang
sama. Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah
masyarakat. Dalam bahasa Inggris, masyarakat adalah society yang
pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa
kebersamaan. Istilah masyarakat disebut pula sistem sosial.
Berikut
di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi
dunia:
§
Menurut Selo
Sumardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.
§
Menurut Karl
Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan
organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
§
Menurut Emile
Durkheim, masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi- pribadi yang
merupakan anggotanya.
§
Menurut Paul B.
Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif
mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
2. Syarat-Syarat
Terbentuknya Masyarakat
§
Adanya dua orang
atau lebih manusia dalam kelompok tersebut dan berada di tempat yang sama.
§
Adanya kesadaran
dari setiap anggotanya, bahwa mereka bagian dari satu kesatuan.
§
Adanya proses
interaksi yang cukup lama dimana hasil dari interaksi ini akan tercipta anggota
baru yang bisa berkomunikasi serta mampu menciptakan aturan dari setiap
anggotanya.
§
Menciptakan
sebuah kebudayaan dari hasil pemikiran bersama yang disepakati dan menjadi
media penghubung dari setiap anggotanya.
3. Pengertian Masyarakat
Perkotaan
Masyarakat
perkotaan sering disebut Urban Community. Pengertian
masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
4. Tipe Masyarakat
Dipandang dari
cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam :
1. Masyarakat paksaan, misalnya Negara,
masyarakat tawanan, dan lain-lain.
2. Masyarakat merdeka, yang terbagi dalam :
- Masyarakat
nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan,
suku, yang bertalian dengan hubungan darah atau keturunan.
- Masyarakat
kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan, misalnya koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sebagainya.
5. Ciri Masyarakat Perkotaan
Ada beberapa
ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu:
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
2. Orang kota pada umumnya dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting
disini adalah manusia perorangan atau individu.
3. Pembagian kerja di antara warga-warga
kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga
desa.
5. Interaksi yang terjadi lebih banyak
terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan
sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan
nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari
luar.
8. Dalam masyarakat modern, sering
dibedakan antara masyarakat pedesaan(rural community)
dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut
Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan
pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun
kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
9.
Kita
dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing
punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan
fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda,
bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua
sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai
berikut:
Masyarakat Pedesaan
1).Perilaku homogen
2).Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3).Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status .
4).Isolasi sosial, sehingga statik
5).Kesatuan dan keutuhan kultural
6).Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
7). Kolektivisme
1).Perilaku homogen
2).Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3).Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status .
4).Isolasi sosial, sehingga statik
5).Kesatuan dan keutuhan kultural
6).Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
7). Kolektivisme
Masyarakat
Perkotaan:
1). Perilaku heterogen
2).Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan 3).Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4).Mobilitassosial,sehingga dinamik
5).Kebauran dan diversifikasi kultural
6).Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular
1). Perilaku heterogen
2).Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan 3).Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4).Mobilitassosial,sehingga dinamik
5).Kebauran dan diversifikasi kultural
6).Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular
7).Individualisme
10. Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai
hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan
warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas
dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985),
menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama,
hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih
memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari
pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata,
tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan
saja .
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
6. Perbedaan
Antara Desa Dan Kota
Apa
perbedaan mendasar antara desa dan kota? Sedikitnya ada 7 perbedaan mendasar
antara desa dan kota:
1.
Yang pertama adalah kepadatan penduduk. Walaupun
tidak ada ukuran yang pasti, namun secara umum, kota memiliki kepadatan
penduduk yang lebih tinggi daripada desa. Kepadatan penduduk berpengaruh
terhadap pola pembangunan perumahan: bangunan di kota cenderung ke arah
vertikal dan di desa cenderung ke arah horizontal.
2.
Aspek kedua adalah lingkungan hidup. Lingkungan
pedesaan lebih dekat dengan alam bebas. Wilayah pedesaan didominasi oleh ruang
terbuka hijau. Hal ini sangat berbeda dengan kota yang didominasi oleh lapisan
beton dan aspal.
3.
Perbedaan ketiga adalah mata pencarian penduduknya.
Tingkat kepadatan penduduk di kota membatasi upaya eksploitasi ruang di kota.
Profesi-profesi yang membutuhkan lahan relatif luas cenderung tidak berkembang
di kota. Sektor ekonomi primer seperti pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan dan peternakan cenderung lebih berkembang di pedesaan. Sementara itu,
kota menjadi pusat kegiatan sektor ekonomi sekunder (industri) dan sektor
ekonomi tertier (jasa).
4.
Faktor keempat adalah stratifikasi sosial. Sektor
ekonomi sekunder dan tersier membutuhkan keahlian spesifik yang sangat beragam,
dibandingkan dengan sektor ekonomi primer. Jenis lapangan kerja yang tersedia
di kota relatif lebih heterogen: mulai dari pembantu rumah tangga, pelayan
kafe, programmer komputer, manajer hotel, konsultan pengeboran minyak, hingga
pemiliki perusahaan multi-nasional. Diversitas pekerjaan menyebabkan terjadinya
variasi penghasilan yang sangat tinggi. Perbedaan pendapatan antara yang kaya
dan yang miskin di kota begitu mencolok.
5.
Yang kelima adalah corak kehidupan. Desa memiliki
corak kehidupan yang relatif homogen. Kota cenderung bersifat hetorogen.
Penduduk kota berasal dari latar belakang suku, etnik, agama dan kelompok yang
memiliki orientasi yang lebih bervariasi.
6.
Faktor keenam adalah pola interaksi. Penduduk kota
pada umumnya tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan tetangganya. Hal ini
menyebabkan individu di kota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada
orang lain. Mereka cenderung bersifat individualistik dan mementingkan sifat
rasionalitas. Berbeda dengan di perkotaan, penduduk desa cenderung memiliki
hubungan kekeluargaan dengan tetangganya. Mereka lebih menekankan pada unsur
kebersamaan.
7.
Aspek ketujuh adalah solidaritas sosial.
Perbedaan pola interaksi sosial penduduk berhubungan dengan aspek solidaritas
sosial antara desa dan kota. Pola interaksi di desa lebih mengupayakan agar
tercapainya keserasian dan kesatuan sosial. Konflik atau pertentangan sosial
sedapat mungkin dihindarkan, atau diupayakan agar dapat diselesaikan
secara kekeluargaan. Di kota, penyelesaian konflik cenderung lebih bersifat
formal.
B. HUBUNGAN
DESA DAN KOTA
Hubungan kota-desa cenderung terjadi
secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota,
makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan
perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar, seperti: (i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam; (ii) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak danorang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar, seperti: (i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam; (ii) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak danorang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
a) Urbanisasi
dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
b) Sebab-sebab
Urbanisasi
1. Bertambahnya penduduk sehingga tidak
seimbang dengan persediaan lahan pertanian
2. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh
produk industri modern.
3. Penduduk desa, terutama kaum muda,
merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu
cara hidup yang monoton.
4. Didesa tidak banyak kesempatan untuk
menambah ilmu pengetahuan.
5. Kegagalan panen yang disebabkan oleh
berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga
memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
c) Faktor-faktor
yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota
1. Penduduk desa kebanyakan beranggapan
bahwa di kota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan.
2. Di kota lebih banyak kesempatan untuk
mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
3. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan,
lebih banyak di kota dan lebih mudah didapat.
4. Kota dianggap mempunyai tingkat
kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam
kultur manusianya.
C. ASPEK POSITIF DAN NEGATIF
1.
Aspek positif dan negatif
Aspek positif antara lain :
-
Perubahan tata nilai dan sikap.
-
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi.
-
Tingkat kehidupan yang lebih baik.
Aspek negatif antara lain :
-
Aparatur kota harus dapat menangani
berbagai masalah yang timbul di kota.
-
Kelancaran dalam pelaksanaan
pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan cepat dan tepat,
agar tidak disusul dengan masalah lainnya.
-
Masalah keamanan kota harus dapat
ditangani dengan baik sebab kalau tidak, maka kegelisahan penduduk akan
menimbulkan masalah baru.
-
Dalam rangka pemekaran kota, harus
ditingkatkan kerjasama yang baik antara para pemimpin di kota dengan para
pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat bagi wilayah
kabupaten dan sekitarnya
2. Unsur Lingkungan
Perkotaan
Suatu lingkungan perkotaan seharusnya mengandung 5 unsur
yang meliputi:
§
Wisma: unsur ini
merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap
alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam
keluarga. Unsur wisma ini menghadapkan:
- Dapat
mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan
kebutuhan penduduk untuk masa mendatang.
- Memperbaiki
keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu
kehidupan yang layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan
menyenangkan.
§
Karya: unsur ini
merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsur ini
merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
§
Marga: unsur ini
merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara
suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu
dengan kota lain atau daerah lainnya.
§
Suka: unsur ini
merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan
fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian.
§
Penyempurna: unsur ini
merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup
ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias
keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.
3. Fungsi Eksternal
Perkotaan memiliki fungsi eksternal
yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalam kerangka wilayah dan
daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik secara regional maupun
nasional.
D. MASYARAKAT PEDESAAN
1. Pengertian
Desa
- Menurut
Undang-undang No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Daerah :
Desa
adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di
bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan
negara kesatuan Republik Indonesia.
- Menurut Sutardjo Kartohadikusumo
Desa
adalah suatu kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri.
2. Ciri
- Ciri Desa
CIRI-CIRI
masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut:
a.
Mempunyai
hubungan yang erat dan mendalam diantara warganya
b.
Sistem
kehidupan berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban)
c.
Hidup
dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan
sambilan.
d.
Masyarakat
pedesaan adalah masyarakat homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama,
adat-istiadat dsb.
3. Ciri-ciri
masyarakat pedesaan
Secara
umum, ciri-ciri masyarakat pedesaan di Indonesia adalah sbb:
1. Homogenitas
Sosial
Masyarakat
desa pada umumnya terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja, sehingga
pola hidup tingkah laku maupaun kebudayaan sama/homogen. Oleh karena itu hidup
di desa biasanya tenteram, aman dan tenang karena pola pikir, pola penyikap dan
pola pandangan masyarakat dalam menghadapai suatu masalah relatif sama.
2. Hubungan
Primer
Hubungan
kekeluargaan dilakukan secara musyawarah. Mulai masalah-masalah umum sampai
pribadi. Anggota masyarakat satu dengan lainnya saling mengenal secara intim,
kebersamaan dan gotong royong sangat diutamakan, walaupun secara materi mungkin
kurang atau tidak mengijinkan.
3. Kontrol
Sosial yang Ketat
Diatas
telah dikemukakan bahwa hubungan pada masyarakat pedesaan sangat intim,
kebersamaan dan gotong royong sangat diutamakan
4. Gotong
Royong
Nilai
gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya. Semua
masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong royong, baik dalam arti gotong
royong secara murni maupun gotong royong timbal balik.
5. Ikatan
Sosial
Setiap
anggota masyarakat desa diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara
ketat. Bagi anggota yang tidak memenuhi norma dan kaidah yang telah disepakati,
akan dihukum dan dikeluarkan dari ikatan sosial dengan cara dikucilkan.
6. Magis
Religius
Kepercayaan
kepada Tuhan YME bagi masyarakat desa sangat mendalam. Bahkan setiap kegiatan
kehidupan sehari-hari dijiwai bahkan diarahkan kepadaNya. Sering kita jumpai
orang jawa mengadakan selamatan untuk minta rezeki, perlindungan dsb
7. Pola
Kehidupan
Masyarakat
desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian, perkebunan,
perikanan dan peternakan.
4. Macam- macam pekerjaan gotong royong
masyarakat pedesaan
-
kerja
bakti
-
gotong-royong
memperbaiki jembatan atau jalan raya
Oleh karena anggota masyarakat
mempunyai kepentingan pokok yang hampir sama, maka mereka selalu bekerja sama
untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Bentuk kerjasama ini sering
diistilahkan dengan gotong royong/kerja bakti yang macamnya ada dua yaitu:
a.
Kerjasama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga
masyarakat itu sendiri (biasanya diistilahkan dari bawah)
b.
Kerjasama untuk pekerjaan-pekerjaan yang inisiatifnya tidak timbul dari
masyarakat itu sendiri berasal dari luar (biasanya berasal dari atas)
5. Hakikat
dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Seperti dikemukakan oleh para ahli,
masyarakat Indonesia lebih dari 80 % tinggal di pedesaan dengan mata pencarian
yang bersifat agraris yang biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai
oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tenang damai, harmonis yaitu
masyarakat yang adem ayem, penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan
masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat itu yang oleh
Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat gemeinschaft (paguyuban).
Tetapi sebenarnya didalam masyarakat pedesaan mengenal bermacam-macam gejala,
khususnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa didalam masyarakat pedesaan penuh
dengan ketegangan-ketegangan sosial yang sering diistilahkan dengan:
a.
Konflik (Pertengkaran)
b.
Kontraversi (Pertentangan)
c.
Kompetisi (Persaingan)
6. Gejala Masyarakat Pedesaan
a)
Konflik
( Pertengkaran)
Ramalan orang kota bahwa masyarakat
pedesaan adalah masyarakat yang tenang dan harmonis itu memang tidak sesuai
dengan kenyataan sebab yang benar dalam masyarakat pedesaan adalah penuh
masalah dan banyak ketegangan. Karena setiap hari mereka yang selalu berdekatan
dengan orang-orang tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menyebabkan
kesempatan untuk bertengkar amat banyak sehingga kemungkinan terjadi
peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan amat banyak dan sering terjadi.
Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya.
Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya.
b)
Kontraversi
(pertentangan)
Pertentangan ini bisa disebabkan oleh
perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam
hubungannya dengan guna-guna (black magic). Para ahli hukum adat biasanya
meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan
masyarakat.
c)
Kompetisi
(Persiapan)
Sesuai dengan kodratnya masyarakat
pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia
biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat
ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif.
Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan
prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif bila
persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga
kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada
manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.
d)
Kegiatan
pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan mempunyai
penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan
orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang
diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu kegiatan tetapi kenyataannya
adalah sebaliknya. Jadi apabila orang berpendapat bahwa orang desa didorong
untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat sambutan yang sangat
dari para ahli.
7. Sistem
Nilai Budaya Petani Indonesia
Para ahli disinyalir bahwa dikalangan
petani pedesaan ada suatu cara berfikir dan mentalitas yang hidup dan bersifat
religio-magis. Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain adalah:
1)
Para
petani di Indonesia terutama di Jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidup itu
sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti
bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan
sembunyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa. Bahkan sebaliknya wajib
menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik
baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
2)
Mereka
beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadang untuk
mencapai kedudukannya.
3)
Mereka
berorientasi pada masa sekarang, kurang memperdulikan masa depan, mereka kurang
mampu untuk itu. Bahkan kadang-kadang ia rindu masa lampau, mengenang kekayaan
masa lampau (menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan
bagi mereka).
4)
Mereka
menganggap alam tidak menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu
hanya meruakan sesuatu yang harus wajib diterima. Mereka cukup dengan
menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya usaha untuk menguasainya.
5)
Dan
untuk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup bergotong royong, mereka sadar
bahwa dalam hidup itu pada hakikatnya tergantung kepada sesamanya.
8. Unsur-Unsur
Desa
1)
Unsur
Lokasi
Daerah,
dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaanya,
luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis setempat merupakan Unsur
Lokasi desa
2)
Unsur
Penduduk
Meliputi
jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa
setempat.
3)
Unsur
Tata Kehidupan
Meliputi
Pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Menyangkut seluk beluk
kehidupan masyarakat desa (rural
society)
4)
Unsur
Letak
Letak
suatu desa pada umumnya selalu jauh dari kota atau pusat keramaian. Namun
desa-desa pada perbatasan kota mempunyai kemampuan berkembang yang lebih banyak
dari pada desa-desa dipedalaman. Unsur Letak menentukan besar kecilnya isolasi
suatu daerah terhadap daerah lainnya. Desa yang terletak jauh dari batasan kota
mempunyai tanah-tanah pertanian yang luas. Ini disebabkan karena penggunaan
tanahnya lebih banyak dititikberatkan pada tanaman pokok dan beberapa tanaman
perdagangan daripada gedung-gedung atau perumahan.
9. Fungsi
Desa
1.
Desa
sebagai HINTERLAND/Daerah Dukung
Dalam
hubungannya dengan kota, maka desa berfungsi sebagai suatu daerah pemberian
bahan makanan pokok seperti padi, jagung, ketela, dll
2.
Desa
sebagai RAW MATERIAL & MAN POWER
Dari
sudut potensi ekonomi desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (RAW
MATERIAL) dan tenaga kerja (MAN POWER) yang tidak kecil artinya.
3.
Dari
segi kegiatan (OCCUPATION) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur,
desa industri, desa nelayan dsb. Desa-desa di Jawa banyak berfungsi sebagai
desa agraris dan beberapa sudah dapat pula menunjukan perkembangan-perkembangan
yang baru yaitu dengan timbulnya industri-industri kecil di daerah pedesaan dan
merupakan rural industries
E. PERBEDAAN MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN
1.Perbedaan
antara Masyarakat pedesaan dan Masyarakat perkotaan
Pada
mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada
akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan,
dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya.
Perbedaan
masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil
sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan.
Karakteristik
umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam
hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada
situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada
kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan
kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah
tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang
terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.
1. Sederhana
2. Mudah curiga
3. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
4. Mempunyai sifat kekeluargaan
5. Lugas atau berbicara apa adanya
6. Tertutup dalam hal keuangan mereka
7. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
8. Menghargai orang lain
9. Demokratis dan religius
10. Jika berjanji, akan selalu diingat
Sedangkan
cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap
kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah
sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.
Berbeda
dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih
mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu.
Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.
Ada beberapa ciri yang menonjol pada
masyarakat kota yaitu:
1. kehidupan keagamaan berkurang
bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya
melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di
masjid, gereja, dan lainnya.
2. orang kota pada umumnya
dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain
3. di kota-kota kehidupan keluarga
sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan politik dan agama dan
sebagainya.
4. jalan pikiran rasional yang
dianut oleh masyarkat perkotaan.
5. interaksi-interaksi yang terjadi
lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.
Hal
tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan
pedesaan, oleh karena itu, banyak orang-orang dari perkotaan yang pindah ke
pedesaan untuk mencari ketenangan, sedangkan sebaliknya, masyarakat pedesaan
pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk
kesejahteraan mereka.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang hidup
bersama dan bekerjasama yang berhubungan secara erat tahan lama dengan
sifat-sifat yang hamper sama (homogen) disuatu daerah atau wilayah tertentu
dengan bermata pencaharian dari sektor pertanian (agraris). Sedangkan
masyarakat kota ialah masyarakat yang tinggal di tengah-tengah kota, gaya hidup
individual, jalan pikiran yang rasional dan tidak terikat oleh adat atau norma
tertentu
Meskipun
banyak sekali perbedaan antara masyarakat desa dan kota, namun diantara kedua
komponen tersebut memiliki hubungan yang signifikan, artinya kehidupan
perekonomian di kota tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada pasokan
tenaga atau barang dari desa, begitu juga sebaliknya.
B.
Saran-saran
1. Bagi
Para Pembaca
Mari
kita bersama-sama berpartisipasi dalam upaya untuk mengurangi dan meminimalisir
masalah social masyarakat yang ada.
2. Bagi Para Pembuat
Karya Ilmiah Selanjutnya
Seiring perkembangan zaman akan bermunculan
masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. Sedangkan masalah lama mungkin
belum terselesaikan solusinya.
C.
Daftar Pustaka
http://furikurniati.webs.com/tugasisd6.htm
(22Desember2015)
https://cahyamenethil.wordpress.com/2010/11/29/masyarakat-perkotaan-dan-masyarakat-pedesaan/ (22Desember2015)
http://saputra2503.blogspot.co.id/2015/08/makalah-isd-masyarakat-kota-dan-desa.html (22Desember2015)
http://cerahfaiuniga.blogspot.co.id/2012/10/makalah-ciri-masyarakat-perkotaan-dan.html
(22Desember2015)