RESISTOR
1.
Pengertian
Resistor
Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan didesain untuk
mengatur tegangan listrik dan arus listrik,
dengan resistansi tertentu (tahanan) dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding
lurus dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm.
Resistor digunakan sebagai bagian dari rangkaian elektronik
dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu
komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari
bermacam-macam komponen dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat
dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor
adalah resistansinya dan daya
listrik yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise),
dan induktansi.
Resistor dapat diintegrasikan
kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit
terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, kebutuhan
daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar
tidak terbakar.
2.
Jenis – Jenis Resistor
Pada
umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya
adalah Fixed Resistor, Variable Resistor, Thermistor dan LDR.
a) Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis
Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi atau
Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka.
Bentuk dan symbol
Fixed resistor :
Yang tergolong
dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan pembuatnya
diantaranya adalah :
Ø
Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi
Karbon)
Resistor jenis Carbon
Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus yang dicampur dengan bahan
isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder) agar mendapatkan nilai resistansi
yang diinginkan. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai
resistansi atau nilai hambatannya.
Nilai Resistansi yang sering
ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis Carbon Composistion Resistor ini
biasanya berkisar dari 1Ω sampai 200MΩ dengan daya 1/10W sampai 2W.
Ø
Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon)
Resistor Jenis Carbon Film ini
terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan Subtrat isolator yang dipotong
berbentuk spiral. Nilai resistansinya tergantung pada proporsi karbon dan
isolator. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai
resistansinya. Keuntungan Carbon Film Resistor ini adalah dapat menghasilkan
resistor dengan toleransi yang lebih rendah dan juga rendahnya kepekaan
terhadap suhu jika dibandingkan dnegan Carbon Composition Resistor.
Nilai Resistansi Carbon Film
Resistor yang tersedia di pasaran biasanya berkisar diantara 1Ω sampai 10MΩ
dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon
Film Resistor dapat bekerja di suhu yang berkisar dari -55°C hingga 155°C.
Ø
Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)
Metal Film Resistor adalah jenis
Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis ke Subtrat Keramik dan
dipotong berbentuk spiral. Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang,
lebar dan ketebalan spiral logam.
b) Variable
Resistor
Variable Resistor adalah jenis
Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan diatur sesuai dengan
keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi Potensiometer,
Rheostat dan Trimpot.
Bentuk dan symbol
variable resistor :
Ø
Potensiometer
Potensiometer merupakan jenis
Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah dengan cara
memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat pada Potensiometer. Nilai
Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk
kode angka.
Ø
Rheostat
Rheostat merupakan jenis Variable
Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat
terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan
dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.
Ø
Preset Resistor (Trimpot)
Preset Resistor atau sering juga
disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor
yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil
dan tidak memiliki Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat
bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya.
c) Thermistor (Thermal Resistor)
Thermistor adalah Jenis Resistor
yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu (Temperature). Thermistor
merupakan Singkatan dari “Thermal Resistor”. Terdapat dua jenis Thermistor
yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC
(Positive Temperature Coefficient).
Bentuk dan symbol
thermistor :
d) LDR (Light Dependent Resistor)
LDR
atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai Resistansinya
dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya. Untuk lebih jelas mengenai
LDR:
Bentuk dan symbol
LDR :
3.
Cara
Mengidentifikasi Nilai Resistor
Resistor aksial biasanya menggunakan pola pita warna
untuk menunjukkan resistansi. Resistor pasang-permukaan ditandas secara numerik
jika cukup besar untuk dapat ditandai, biasanya resistor ukuran kecil yang
sekarang digunakan terlalu kecil untuk dapat ditandai. Kemasan biasanya cokelat
muda, cokelat, biru, atau hijau, walaupun begitu warna lain juga mungkin,
seperti merah tua atau abu-abu.
Resistor awal abad ke-20 biasanya tidak diisolasi, dan
dicelupkan ke cat untuk menutupi seluruh badan untuk pengkodean warna. Warna
kedua diberikan pada salah satu ujung, dan sebuah titik (atau pita) warna di
tengah memberikan digit ketiga. Aturannya adalah "badan, ujung,
titik" memberikan urutan dua digit resistansi dan pengali desimal.
Toleransi dasarnya adalah ±20%. Resistor dengan toleransi yang lebih rapat
menggunakan warna perak (±10%) atau emas (±5%) pada ujung lainnya.
1)
Identifikasi empat pita
Identifikasi
empat pita adalah skema kode warna yang paling sering digunakan. Ini terdiri
dari empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor. Dua pita
pertama merupakan informasi dua digit harga resistansi, pita ketiga merupakan
faktor pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan
pita keempat merupakan toleransi harga resistansi. Kadang-kadang terdapat pita
kelima yang menunjukkan koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan dengan
sistem lima warna sejati yang menggunakan tiga digit resistansi.
Contoh :
Masukkan
angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut.
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut.
Jadi,
Gelang
ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%
Warna
|
Pita pertama
|
Pita kedua
|
Pita ketiga
(pengali) |
Pita keempat
(toleransi) |
Pita kelima
(koefisien suhu) |
Hitam
|
0
|
0
|
× 100
|
||
Cokelat
|
1
|
1
|
×101
|
± 1% (F)
|
100 ppm
|
Merah
|
2
|
2
|
× 102
|
± 2% (G)
|
50 ppm
|
Jingga (oranye)
|
3
|
3
|
× 103
|
15 ppm
|
|
Kuning
|
4
|
4
|
× 104
|
25 ppm
|
|
Hijau
|
5
|
5
|
× 105
|
± 0.5% (D)
|
|
Biru
|
6
|
6
|
× 106
|
± 0.25% (C)
|
|
Ungu
|
7
|
7
|
× 107
|
± 0.1% (B)
|
|
Abu-abu
|
8
|
8
|
× 108
|
± 0.05% (A)
|
|
Putih
|
9
|
9
|
× 109
|
||
Emas
|
× 10−1
|
± 5% (J)
|
|||
Perak
|
× 10−2
|
± 10% (K)
|
|||
Kosong
|
± 20% (M)
|
2)
Identifikasi lima pita
Identifikasi
lima pita digunakan pada resistor presisi (toleransi 1%, 0.5%, 0.25%, 0.1%),
untuk memberikan harga resistansi ketiga. Tiga pita pertama menunjukkan harga
resistansi, pita keempat adalah pengali, dan yang kelima adalah toleransi.
Resistor lima pita dengan pita keempat berwarna emas atau perak kadang-kadang
diabaikan, biasanya pada resistor lawas atau penggunaan khusus. Pita keempat
adalah toleransi dan yang kelima adalah koefisien suhu.
Masukkan
angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Jadi,
Gelang
ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%
3)
Resistor pasang-permukaan
Gambar ini
menunjukan empat resistor pasang permukaan (komponen pada kiri atas adalah
kondensator) termasuk dua resistor nol ohm. Resistor nol ohm sering digunakan
daripada lompatan kawat sehingga dapat dipasang dengan mesin pemasang resistor.
Resistor
pasang-permukaan dicetak dengan harga numerik dengan kode yang mirip dengan
kondensator kecil. Resistor toleransi standar ditandai dengan kode tiga digit,
dua pertama menunjukkan dua angka pertama resistansi dan angka ketiga
menunjukkan pengali (jumlah nol). Contoh:
"334"
|
= 33 × 10.000 ohm = 330 KOhm
|
"222"
|
= 22 × 100 ohm = 2,2 KOhm
|
"473"
|
= 47 × 1,000 ohm = 47 KOhm
|
"105"
|
= 10 × 100,000 ohm = 1 MOhm
|
Resistansi
kurang dari 100 ohm ditulis: 100, 220, 470. Contoh:
"100"
|
= 10 × 1 ohm = 10 ohm
|
"220"
|
= 22 × 1 ohm = 22 ohm
|
Kadang-kadang harga-harga tersebut ditulis
"10" atau "22" untuk mencegah kebingungan.
Resistansi kurang dari 10 ohm menggunakan 'R' untuk
menunjukkan letak titik desimal. Contoh:
"4R7"
|
= 4.7 ohm
|
"0R22"
|
= 0.22 ohm
|
"0R01"
|
= 0.01 ohm
|
Resistor
presisi ditandai dengan kode empat digit. Dimana tiga digit pertama menunjukkan
harga resistansi dan digit keempat adalah pengali. Contoh:
"1001"
|
= 100 × 10 ohm = 1 kohm
|
"4992"
|
= 499 × 100 ohm = 49,9 kohm
|
"1000"
|
= 100 × 1 ohm = 100 ohm
|
"000" dan "0000" kadang-kadang
muncul bebagai harga untuk resistor nol ohm
Resistor pasang-permukaan saat ini biasanya terlalu
kecil untuk ditandai.
4.
Menghitung
Nilai Resistor Yang Dirangkai Secara Paralel
Rangkaian Paralel Resistor adalah sebuah
rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih Resistor yang disusun secara
berderet atau berbentuk Paralel. Sama seperti dengan Rangkaian Seri, Rangkaian
Paralel juga dapat digunakan untuk mendapatkan nilai hambatan pengganti.
Perhitungan Rangkaian Paralel sedikit lebih rumit dari Rangkaian Seri.
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel :
Contoh Kasus untuk Menghitung Rangkaian
Paralel Resistor
Terdapat 3 Resistor dengan nilai-nilai Resistornya adalah sebagai
berikut :
R1 = 100 Ohm
R2 = 200 Ohm
R3 = 47 Ohm
R1 = 100 Ohm
R2 = 200 Ohm
R3 = 47 Ohm
Berapakah nilai hambatan yang didapatkan jika memakai
Rangkaian Paralel Resistor?
Penyelesaiannya :
1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3
1/Rtotal = 1/100 + 1/200 + 1/47
1/Rtotal = 94/9400 + 47/9400 + 200/9400
1/Rtotal = 341 x Rtotal = 1 x 9400 (→ Hasil kali silang)
Rtotal = 9400/341
Rtotal = 27,56
1/Rtotal = 1/100 + 1/200 + 1/47
1/Rtotal = 94/9400 + 47/9400 + 200/9400
1/Rtotal = 341 x Rtotal = 1 x 9400 (→ Hasil kali silang)
Rtotal = 9400/341
Rtotal = 27,56
Jadi
Nilai Hambatan Resistor pengganti untuk ketiga Resistor tersebut adalah 27,56
Ohm.
5.
Menghitung Nilai Resistor Yang
Dirangkai Secara Seri
Rangkaian Seri Resistor adalah sebuah
rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih Resistor yang disusun secara
sejajar atau berbentuk Seri. Dengan Rangkaian Seri ini kita bisa mendapatkan
nilai Resistor Pengganti yang kita inginkan.
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Seri :
Contoh Kasus untuk menghitung Rangkaian
Seri Resistor
Seorang Engineer ingin membuat sebuah peralatan Elektronik,
Salah satu nilai resistor yang diperlukannya adalah 4 Mega Ohm, tetapi Engineer
tidak dapat menemukan Resistor dengan nilai 4 Mega Ohm di pasaran sehingga dia
harus menggunakan rangkaian seri Resistor untuk mendapatkan penggantinya.
Penyelesaian :
Ada beberapa kombinasi Nilai Resistor yang dapat
dipergunakannya, antara lain :
1 buah Resistor dengan nilai 3,9 Mega Ohm
1 buah Resistor dengan nilai 100 Kilo Ohm
Rtotal = R1 + R2
3,900,000 + 100,000 = 4,000,000 atau sama dengan 4 Mega Ohm.
1 buah Resistor dengan nilai 100 Kilo Ohm
Rtotal = R1 + R2
3,900,000 + 100,000 = 4,000,000 atau sama dengan 4 Mega Ohm.
Atau
4 buah Resistor dengan nilai 1 Mega Ohm
Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4
1 MOhm + 1 MOhm + 1 MOhm + 1 MOhm = 4 Mega Ohm
Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4
1 MOhm + 1 MOhm + 1 MOhm + 1 MOhm = 4 Mega Ohm
Daftar Pustaka :
https://id.wikipedia.org/wiki/Resistor
(6 Mei 2018)
teknikelektronika.com
(6 Mei 2018)
https://teknikelektronika.com/rangkaian-seri-dan-paralel-resistor-serta-cara-menghitung-nilai-resistor/ (7 Mei 2018)