BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti
berbeda. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi
kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak
menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal
yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan
cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa
kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain, sehingga
timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Di dalam kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan
karena faktor harga diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan
pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan (politik,
ekonomi, kekuasaan). Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat
merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok
yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami
disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat.
Integrasi dapat berlangsung cepat atau lambat karena dipengaruhi oleh faktor
homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis, dan
efektifitas komunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja
yang terjadi di dalam masyarakat?
2. Mengapa
permasalahan itu terjadi?
3. Apa yang
bisa mengendalikan sehingga permasalahan bisa selesai?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui
masalah apa saja yang terjadi di dalam masyarakat.
2. Mengetahui
yang melatarbelakangi permasalahan itu muncul.
3. Masyarakat
bisa menghindari terjadinya permasalahan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PERBEDAAN
KEPENTINGAN
a)
Perbedaan Kepentingan
Kepentingan
merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku
karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya
esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil
memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya.
Masalah
yang terjadi dalam kehidupan itu sangatlah bermacam-macam karena setiap individu
itu mempunyai suatu kepentingan sendiri-sendiri yang berikabatkan suatu
perbedaan suatu kehidupan sosial yang terjadi dalam bermasyarakat.
b) Perbedaan kepentingan itu antara lain
berupa :
1. kepentingan individu untuk
memperoleh kasih sayang
2. kepentingan individu untuk
memperoleh harga diri
3. kepentingan individu untuk
memperoleh penghargaan yang sama
4. kepentingan individu untuk
memperoleh prestasi dan posisi
5. kepentingan individu untuk
dibutuhkan orang lain
B.
PRASANGKA
DISKRIMINASI DAN ETHOSENTRIS
a)
DISKRIMINASI
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil
terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan
suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan
karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena
karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran
politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari
tindakan diskriminasi.
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau
kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis
kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang
bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.Diskriminasi
ditempat kerja.
Diskriminasi
dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk:
1)
dari struktur upah.
2)
cara penerimaan karyawan,
3)
strategi yang diterapkan dalam
kenaikan jabatan, atau
4)
kondisi kerja secara umum yang
bersifat diskriminatif.
Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah seseorang
memenuhi aspirasi profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang
dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat bahwa
perusahaan tidak dapat mengontrol produktivitas pekerja secara individual.
Alhasil, pengusaha cenderung menyandarkan diri pada karakteristik-karakteristik
kasat mata, seperti ras atau jenis kelamin, sebagai indikator produktivitas,
seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu memiliki tingkat
produktivitas lebih rendah.
b)
ETNOSENTRIS
Etnosentrisme cenderung memandang
rendah orang-orang yang dianggap asing, etnosentrisme memandang dan mengukur
budaya asing dengan budayanya sendiri. “ ( The Random House Dictionary ).
Ada satu suku Eskimo yang menyebut
diri mereka suku Inuit yang berarti “penduduk sejati” [Herbert, 1973, hal.2].
Sumner menyebutkan pandangan ini sebagai etnosentrisme, yang secara formal
didefinisikan sebagai “pandangan bahwa kelompoknya sendiri” adalah pusat
segalanya dan semua kelompok lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan
standar kelompok tadi [Sumner, 1906, hal.13]. Secara kurang formal
etnosentrisme adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan
kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik.
Etnosentrisme terjadi jika
masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan
kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya
menuturkan, “Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme,
yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan
kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk
penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan
kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung
melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling
baik, sebagai yang paling bermoral".
Etnosentrisme membuat kebudayaan
kita sebagai patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam
proporsi kemiripannya dengan budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan :
“orang-orang terpilih”, “progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya.
Biasanya kita cepat mengenali sifat etnosentris pada orang lain dan lambat
mengenalinya pada diri sendiri.
Sebagian besar, meskipun tidak
semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Semua
kelompok merangsang pertumbuhan etnosentrisme, tetapi tidak semua anggota
kelompok sama etnosentris. Sebagian dari kita adalah sangat etnosentris untuk mengimbangi
kekurangan-kekurangan kita sendiri. Kadang-kadang dipercaya bahwa ilmu sosial
telah membentuk kaitan erat antara pola kepribadian dan etnosentrisme.
Kecenderungan etnosentrisme
berkaitan erat dengan kemampuan belajar dan berprestasi. Dalam buku The
Authoritarian Personality, Adorno (1950) menemukan bahwa orang-orang
etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, dan pemeluk agama yang
fanatik. Dalam pendekatan ini, etnosentrisme didefinisikan terutama sebagai
kesetiaan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri
disertai prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa lain. Yang artinya orang
yang etnosentris susah berasimilasi dengan bangsa lain, bahkan dalam proses
belajar-mengajar.
Etnosentrisme akan terus marak apabila
pemiliknya tidak mampu melihat human encounter sebagai peluang untuk saling
belajar dan meningkatkan kecerdasan, yang selanjutnya bermuara pada prestasi.
Sebaliknya, kelompok etnis yang mampu menggunakan perjumpaan mereka dengan
kelompok-kelompok lain dengan sebaik-baiknya, di mana pun tempat terjadinya,
justru akan makin meninggalkan etnosentrisme. Kelompok semacam itu mampu
berprestasi dan menatap masa depan dengan cerah.
Etnosentrisme mungkin memiliki daya
tarik karena faham tersebut mengukuhkan kembali “keanggotaan” seseorang dalam
kelompok sambil memberikan penjelasan sederhana yang cukup menyenangkan tentang
gejala sosial yang pelik. Kalangan kolot, yang terasing dari masyarakat, yang
kurang berpendidikan, dan yang secara politis konservatif bisa saja bersikap
etnosentris, tetapi juga kaum muda, kaum yang berpendidikan baik, yang
bepergian jauh, yang berhaluan politik “kiri” dan yang kaya [Ray, 1971; Wilson
et al, 1976]. Masih dapat diperdebatkan apakah ada suatu variasi yang
signifikan, berdasarkan latar belakang sosial atau jenis kepribadian, dalam
kadar etnosentris seseorang.
C.
PERTENTANGAN
SOSIAL KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT
Konflik mengandung pengertian
tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan
mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Terdapat tiga elemen dasar yang
merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu
- terdapat dua atau lebih
unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik
- unit-unit tersebut mempunyai
perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap,
maupun gagasan-gagasan
- terdapat interraksi diantar
bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut
Konflik merupakan suatu tingkah laku
yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan
kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan diri
seseorang, kelompok, dan masyarakat. Adapun cara
pemecahan konflik tersebut :
- Elimination, pengunduran diri dari salah satu pihak yang terlibat
konflik
- Subjugation atau Domination, pihak yang mempunyai
kekuasaan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah
- Majority
Rule, artinya suara terbanyak yang
ditentukan dengan voting
- Minority
Consent, artinya kelompok mayoritas
yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima
keputusan serta kesepakatan untuk melakukan kegiatan bersama
- Compromise, artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam
konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
- Integration, artinya pendapat-pendapat yang bertentangan
didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai kelompok
mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak
D.
GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL
Masyarakat
indonesia adalah masyarakat yang majemuk, msyarakat majemuk itu dipersatukan
oleh sistem nasional negara indonesia. Aspek kemasyarakatan yang
mempersatukannya antara lain :
Suku bangsa dan
kebudayaannya
1)
Agama
2)
Bahasa,
3)
Nasion Indonesia
Bentuk Integrasi Sosial
1)
Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli.
2)
Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa
menghilangkan kebudayaan asli.
Faktor-Faktor Pendorong
A.
Faktor Internal :
a.
kesadaran diri sebagai makhluk sosial
b.
tuntutan kebutuhan
c.
jiwa dan semangat gotong royong
B.
Faktor External :
a.
tuntutan perkembangan zaman
b.
persamaan kebudayaan
c.
terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
d.
persaman visi, misi, dan tujuan
e.
sikap toleransi
f.
adanya kosensus nilai
g.
adanya tantangan dari luar
Syarat Berhasilnya
Integrasi Sosial
1. Untuk meningkatkan Integrasi
Sosial, Maka pada diri masing-masing harus mengendalikan perbedaan/konflik yang
ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat
merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang lainnya.
E.
INTEGRASI NASIONAL
A.
Pengertian
Integrasi Nasional
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
beragam. Keberagaman masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya keberagaman
budaya. Misalnya perbedaan suku bangsa menyebabkan adat-istiadat, bentuk rumah,
pakaian serta kesenian yang memiliki ciri khas yang berbeda.
Bangsa Indonesia menyadari dan menghormati
adanya perbedaan budaya tersebut. Bangsa Indonesia sejak dahulu telah
dipersatukan dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya
berbeda-beda, tetapi tetap satu.
Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi”
dan “Nasional”. Integrasi berasal dari bahas inggris, Integrate artinya
menyatupadukan, menggabungkan, mempersatukan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang bulat
dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa Inggris, nation yang artinya
bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti
politis dan antropologis.
1.
Secara Politis
Integrasi secara politis berarti penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu
identitas nasional.
2.
Secara Antropologis
Integrasi secara antropologis berarti proses
penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai
suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.
Pendapat para ahli
tentang integrasi. Yaitu sbb:
1.
Howard Wriggins
Menurutnya, integritas bangsa berarti
penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu
keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang
jumlahnya banyak menjadi satu kesatuan bangsa.
2.
Myron Weiner
Menurutnya, integrasi menunjuk pada proses
penyatuan berbagai kelompok budaya san sosial ke dalam satu kesatuan wilayah,
dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional. Integrasi biasanya
mengandalkan adanya satu masyarakat yang secara etnis majemuk dan setiap
kelompok masyarakat memiliki bahasa dan sifat-sifat kebudayaan yang berbeda.
3.
Dr. Nazaruddin
Sjamsuddin
Menurutnya, integrasi nasional ini sebagai
proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua aspek kehidupannya, yaitu
aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Integrasi juga meliputi aspek
vertikal dan horizonntal.
4.
J. Soedjati Djiwandono
Menurutnya, integrasi
nasional sebagai cara bagaimana kelestarian persatuan nasional dalam
arti luas dapat didamaikan dengan hak menentukan nasib sendiri. Hak tersebut
perlu dibatasi pada suatu taraf tertentu. Bila tidak, persatuan nasional akan
dibahayakan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional
bangsa indonesia berarti hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai suatu
bangsa, menjadi satu kesatuan bangsa secara resmi, dan direalisasikan dalam
satu kesepakatan atau konsensus nasional melalui Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928.
Konsep-konsep Integrasi Nasional diantaranya :
1.
Jones J. Clemens dan
Carl G. Roberg
Teorinya banyak dipakai oleh para peminat
teori modernisasi yang digunakan untuk memahami permasalahan integrasi nasional
di negara–negara berkambang pada masa itu.
Menurut Clemens & Roberg proses pemerintahan bagian suatu
negara tak ada 2 dimensi :
a.
Integarasi
vertical (elite-massa )
Integrasi ini mencakup masalah–masalah yang
ada pada bidang vertikal. menjembatani celah perbedaan yang menyakini ada
antara kaum elite dan massa dalam rangka pengembangan suatu proses politik
terpadu dan masyarakat politik yang berpartisipasi, mereka menamakan dengan
dimensi vertikal ini sebagai integrasi politik.
b.
Integrasi
horizontal ( teritorial )
Integrasi ini mencakup masalah–masalah yang
ada pada bidang horizontal. bertujuan untuk mengurangi diskonitalitas dan
ketegangan kultur kedaerahan dalam rangka proses penciptaan suatu masyarakat
politik yang homogen.
2.
Rupert Emerson dan Kh.
Silvert
Para sarjana–sarjana ini memahami integrasi
nasional dalam arti yang sama dengan integrasi teritorial dari Cleman
dan Rosberg.
3.
Myron Weiner
Weiner merupakan
seorang ilmuan politik amerika serikat. Dia telah mengumpulkan sejumlah
pengertian integrasi yang sering dipergunakan oleh para ilmuan uraiannya itu,
ia mengidentifikasi dengan jelas masalah-masalah yang tercakup dalam setiap
pengertian yang pernah dipergunakan oleh para sarjana sampai pertengahan
1960-an. Dari studi ini, Weiner menampilkan beberapa pengertian integrasi lain
yang lebih bermanfaat umum, seperti integrasi nilai, integrasi
tingkah laku dan integrasi budaya.
4.
Claude Alce
Dia
dengan tegas menolak terminologi integrasi nasional dan lebih
menyukai istilah integrasi politik. Menurut sarjana kelahiran Nigeria ini,
istilah bangsa (nation) yang menjadi akar kata nasional itu, secara normatik
sudah mengandung makna kelompok manusia yang sudah sangat terpadu. Dengan
demikian, istilah “bangsa“ sudah dengan sendirinya merujuk pada integrasi
karena komponen-komponennya memang sudah terintegrasi.
Konsep
integrasi politik (elite-massa) dan integrasi territorial seperti yang
dikemukakan Rosberg, Clemens, dan pakar-pakar yang lain terlalu memuratkan diri
pada arah dan tujuan integrasi. Kajiannya lebih terfokus pada
faktor apa yang diintegrasikan dalam proses perpaduan itu.
5.
Mahfud MD
Menurut
Mahfud MD integrasi nasional adalah pernyataan bagian-bagian yang berbeda dari
suatu masayarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih untuh, secara sederhana
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu
bangsa. Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan, kebijaksanaan
yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membersakan SAR. Ini perlu
dikembangkan karena pada hakekatnya integrasi nasional menunjukkan tingkat
kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa.KesimpulanIdentitas Nasional Indonesia
adalah sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan
bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa,
agama dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Oleh karena itu, nilai-nilai
yang dianut masyarakatnya pun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian
disatupadukan dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena
merekalah yang mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab itu,
nasionalisme dan integrasi nasional sangat penting untuk
ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia tidak
kehilangan identitas.
Integrasi masyarakat dalam negara dapat tercapai
apabila :
a. Terciptanya
kesepakatan dari sebagian besar anggotanya terhadap nilai-nilai social tertentu
yang bersifat fundamental dan krusial.
b. Sebagian
besar anggotanya terhimpun dalam berbagai unit social yang saling mengawasi
dalam aspek-aspek sosia yang potensial.
c. Terjadinya
saling ketergantungan diantara kelompok-kelompok social yang terhimpun didalam
pemenuhan kebutuhan ekonomi secara menyeluruh.
B. Pentingnya
Membangun Integrasi Nasional
Untuk mewujudkan
cita-cita, dan tujuan negara serta memelihara rasa kebersamaan. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan untuk membangun integrasi nasional:
1. Adanya
kemampuan dan kesadaran bangsa dalam mengelola perbedaan SARA dan
keanekaragaman budaya serta adat istiadat.
2. Adanya
kemampuan untuk mereaksi penyebaran ideologi asing
3. Adanya
kemampuan untuk mereaksi dan mencegah dominasi ekonomi asing
4. Mampu
berperan aktif dalam percaturan dunia di era globalisasi dalam berbagai
aspeknya
5. Bertekad
untuk membangun sistem budaya sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945
6. Menyelenggarakan
berbagai kegiatan budaya dengan cara melakukan pengkajian kritis dan
sosialisasi terhadap identitas nasional.
Perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan
secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan
bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi
hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan
kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah
untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan
budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang
berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Syarat Integrasi
Menurut William F.
Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat keberhasilan suatu integrasi sbb:
a. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa
mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya.
b. Terciptanya
kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
c. Norma-norma
dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses
integrasi sosial.
Perwujudan Integrasi
Nasional
Terwujudnya integrasi
nasional, antara lain dapat dilihat dari pakaian, bahasa, lambang dan identitas
kebangsaan, landasan ideologi, perilaku sosial, serta lembaga-lembaga.
Fungsi Pancasila dalam
Integrasi Nasional
Pancasila merupakan
moral bangsa indonesia dan pelindung dari perbedaan / kemajemukan yang ada di
indonesia. Berikut makna dari pancasila :
a. Sila
Pertama
Mewajibkan kita untuk
mengakui dan memuliakan Tuhan sebagai pencipta baik dalam hati maupun
perbuatan.
b. Sila
Kedua
Mewajibkan kita untuk
mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki
martabat mulia dan hak serta kewajiban asasi.
c. Sila
Ketiga
Mewajibkan kita untuk
mencintai tanah air bangsa, dan negara Indonesia
d. Sila
Keempat
Mewajibkan kita untuk
turut serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan sesuai dengan kedudukan
masing-masing
e. Sila
Kelima
Mewajibkan kita
memberi sumbangan sesuai dengan kemampuan demi mewujudkan kesejahteraan rakyat.
C. Peran Pemerintah
dan Masyarakat dalam Mewujudkan Integrasi Nasional
Dalam upaya untuk
mencapai integrasi nasional dengan cara menjaga keselarasan antarbudaya. Hal
itu dapat terwujud jika ada peran serta pemerintah dan partisipasi masyarakat
dalam proses integrasi nasional.
1. Peran
pemerintah dalam mewujudkan integerasi nasional adalah:
a. Pemerintah
harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang dapat
mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda.
b. Kemampuan
desentralisasi pemerintah yang diwujudkan dalam agenda otonomi daerah
c. Keterbukaan
dan demokratisasi yang bertumpu pada kesamaan hak dan kewajiban warga negara.
2. Peran
Masyarakat dalam mewujudkan integeritas nasional adalah:
a. Meminimalkan
perbedaan dan berpijak pada kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh setiap budaya
daerah.
b. Meminimalkan
setiap potensi konflik yang ada.
D. Syarat Integrasi
a. Anggota-anggota
masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan-kebutuhan satu dengan
lainya
b. Terciptanya
kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai social yang
dilestarikan dan dijadikan pedoman .
c. Norma-norma
dan nilai-nilai social dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses
integerasi nasional.
E. Faktor-faktor
Pendorong,pendukung dan penghambat Integerasi Nasional.
a. Factor
pendorong tercapainya integerasi nasional
1) Adanya
rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh factor sejarah
2) Adanya
semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa,bahasa dan tanah air
3) Adanya
keperibadian dan pandangan hidup bangsa yang sama yaitu pancasila
4) Adanya
jiwa dan semangat gotong royong ,solidaritas dan toleransi keagamaan yang kuat.
5) Adanya
rasa senasib dan perjuangan akibat penderitaan penjajahan.
b. Factor
penghambat Integerasi nasional
1) Kurangnya
penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen
2) Kurang
toleransi antar golongan
3) Kurang
kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dari luat
4) Adanya
ketidak puasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil
pembangunan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Di setiap masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan atau
permasalahan permasalahan, di antaranya:
1)
Perbedaan Kepentingan: ada 2
kepentingan dalam diri individu, yakni kepentingan biologis dan kepentingan
sosial/psikologis.
2)
Prasangka dan Diskriminatif:
prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan.
3)
Ethnosentrisme dan
StereotypeEthnosentrisme : kebudayaan dirinya lebih unggul dari
kebudayaan lainnya.
4)
Stereotype :
gambaran dan anggapan jelek.
5)
Konflik dalam kelompok: Suatu
tingkah laku yang dibedakan emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya.
Cara pengendalian dari permasalahan-permasalahan di atas, yaitu
melalui integrasi masyarakat dan nasional, yang mengandung pengertian:
1. Integrasi Masyarakat : adanya kerjasama dari seluruh anggota
masyarakat.
2. Integrasi Nasional :
organisasi-organisasi formal melalui mana masyarakat menjalankan
keputusan-keputusan yang berwenang.
B.
Saran
Makalah yang ditulis ini tentunya sangat jauh dari nilai
kesempurnaan. Meskipun demikian penulis tetap menyarankan kepada para pembaca,
agar dalam menjalani kehidupan sehari-hari selalu melihat konflik maupun
pertentangan-pertentangan yang bersumber dari perbedaan secara logis dan
realistis, sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih besar yang dapat
mengarahkan kita pada perpecahan dalam berbangsa. Semoga makalah yang sederhana
ini memiliki manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya.
C.
DAFTAR PUSTAKA
https://intishar1994.wordpress.com/2013/01/04/ilmu-sosial-dasar-pertemuan-ke-3-perbedaan-kepentingan/ (26 januari 2016)
https://nathaniaseptavy.wordpress.com/tag/pertentangan-sosial-ketegangan-masyarakat/ (26
Januari 2016)
http://indonesia184.blogspot.co.id/2015/05/integrasi-nasional.html (26
januari 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar